Monday, August 25, 2014

Suami jadi Mandor, Istri Disosor

ENTAH dosa apa yang pernah diperbuat Melchias, 29, ini, sehingga harus menerima pembalasan yang menyakitkan. Ditinggal jadi mandor perkebunan di Kalimantan Tengah, eh…..istri di NTT  aborsi gara-gara  disosor orang. Bagaimana nggak sakit hati, saat mendengar istri cerita sambil menangis: “Maaf bang, saya dihamili orang…..!”

Sudah banyak sekali contoh kasus, rumahtangga yang sistem remot (baca: berjauhan), sering jadi makanan “setan lewat”. Bisa itu pihak suami, bisa pula pihak istri: semua punya potensi keluar dari rel rumahtangga. Maklumlah, sama-sama kesepian. Maka bagi yang imannya hanya setebal selotip kabel PLN, ya langsung main sosor saja. Saat “enak”-nya memang jadi lupa segalanya. Tapi begitu jadi masalah, barulah menyesal tujuh turunan macam Ny. Agnes, 26, dari Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT ini.

Kisah ini dimulai dari peluang kerja yang diterima Melchias di Pangkalan Bun, Kalteng. Meski hanya mandor, gajinya lumayan cukup, sehingga dia mampu memboyong istri dan dua anaknya ke medan tugas. Namun ternyata Ny. Agnes tak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja suaminya yang di tengah hutan. Maka baru tiga bulan di perantauan, Agnes minta pulang ke NTT saja. Demi kecintaannya pada keluarga, terpaksa Melchias mengizinkan.

Sejak itu rumahtangga sistem remot berlangsung. Mereka hanya komunikasi lewat HP, sedangkan kiriman uang ditransver lewat bank. Selama ini lancar-lancar saja, tak ada masalah. Sebab Melchias dan Agnes sudah membuat komitmen, bahwa mereka akan menjaga diri masing-masing, sehingga terhindar dari intervensi pihak luar.

Ternyata komitmen itu tak berlangsung lama. Sebulan dua bulan masih lancar komunikasinya. Tapi menjelang bulan ke-6, SMS dan telepon Melchias tak pernah direspon istri. Bahkan ketika kiriman uang dicoba ditahan, Agnes juga tak pernah menanyakan. Ada apa ini? Melchias sebagai suami yang baik menjadi gelisah dibuatnya. Jangan-jangan terjadi hil-hil yang mustahal atas istrinya.

Ternyata, Agnes memang kampiran “setan lewat” yang sedang kun-ker ke NTT. Lantaran kunjungan kerja setan itu sekedar menghabiskan anggaran, maka bila itu setan mulai iseng nggrecokin rumahtangga orang, ya sah sah saja. Setan itu sedang menggarap Ny. Agnes untuk “ada main” dengan lelaki bernama Donkombey, yang merupakan kenalan lama. Sangat boleh jadi, mereka kenal sebelum Agnes diajak suami ke Kalteng.

Kemungkinan besar pula, Agnes tak kerasan di Pangkalan Bun, karena sudah punya pangkalan asmara di daerah sendiri. Secara lahir, baik tongkrongan maupun “tangkringan” Donkombey ini memang lebih istimewa dari suami sendiri. Agnes bisa bilang begitu, karena selama suami tugas di Pangkalan Bun, diam-diam dia punya pangkal paha sudah terintervensi lelaki lain ya si Donkombey itu tadi. “Geber terus saja Bleh,” kata setan memberi semangat.

Nah, Melchias yang merasa berbulan-bulan putus komunikasi dengan istri, kemudian nekad kembali ke NTT, tepatnya di Kelurahan Benpasi, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Ternyata istri tak di rumah, melainkan tinggal di rumah orangtuanya. Paling mengagetkan, begitu tiba dapat informasi bahwa Agnes baru saja aborsi. Lho, kok bisa hamil, bagaimana ceritanya? Tiba-tiba istrinya  cium lutut sambil menangis, “Maafkan bang, aku sudah dihamili lelaki lain,” ujarnya.

Maaf sih maaf, tapi lelaki penebar benih di lahan haram itu harus bertanggung-jawab. Maka Melchias pun segera melaporkan Donkombey dan Agnes ke Polsek Kefamemanu, dengan mengusung pasal perzinaan. “Saya kerja jauh-jauh kan demi keluarga, tapi kenapa kamu mengkhianatiku?” protes Melchias gemas.

Ironis memang, suami kerja banting tulang, istri “banting-bantingan” dengan lelaki lain.

No comments:

Post a Comment