BENAR-BENAR nekad Sarwono, 38, oknum Kades di Situbondo (Jatim) ini. Saat nafsunya tak lagi bisa dibendung, istri pamong yang anak buah sendiri, masih ditelateni juga. Saat mau digerebek swarga Pak Kades malah kabur tinggalkan selingkuhan, dan hingga kini Sarwono belum kembali ke rumah.
Di kampung Kepala Desa bisa juga dipanggil Pak Lurah. Konon itu mengandung makna: bisa ndulu bisa nglarah (melihat ke lapangan dan mencari solusi). Tapi dalam banyak kasus, Lurah yang terlibat korupsi maka akronim itu mengandung makna: le ngulu ngarah-arah (nilepnya secara hati-hati). Padahal meski sudah hati-hati, pada akhirnya bakal ketahuan juga dan akhirnya banyak Kades yang masuk penjara.
Bagi Kades Sarwono dari Desa Bayeman Kecamatan Arjasa, Lurah itu maknanya lain lagi. Bagi dia akronim itu bisa mengandung pengertian: tak peduli malu jika sudah bergairah. Kok bisa begitu? Ya bisa saja, lha wong Sarwono ini kelewat nekad. Mentang-mentang hobinya main perempuan, sampai-sampai Tatik, 22, istri anak buahnya sendiri ditelateni juga. Tengah malam dibawa pergi dalam rangka berpacu dalam birahi.
Sarwono ini di kampungnya memang dikenal sebagai Kades yang mata keranjang. Asal ada perempuan melek barang sedikit, ukuran celananya langsung berubah, dari M menjadi XL. Dan ketika dia sudah menjadi Kades beberapa tahun lalu, hobi terkutuknya makin maju saja. Maklumlah, wanita kampung mana tak terlena dipacari orang nomer satu di desanya?
Yang sungguh aneh, orang kelakuannya macam begitu, kenapa Sarwono saat ikut Pilkades kok bisa menang, alias diterima rakyat. Tak usah heran. Di kampung soal kekerabatan kan demikian kental. Barang siapa banyak famili, niscaya terpilihlah dia. Namanya juga famili, mereka mesti akan menjadi pemaaf. Maka meskipun kelakuannya ora nyegeri (tidak baik), terhadap keluarga orang Jawa punya filosofi: tega larane ora tega patine (baca: tak sampai hati mencelakai).
Setelah menjadi Kades, mustinya Sarwono berhenti dari praktisi penjahat kelamin. Karena dia adalah tokoh percontohan di kampungnya. Ternyata justru sebaliknya, hobi main perempuan semakin menjadi-jadi. Sebab setelah jadi tokoh nomer satu, Sarwono sangat dihormati warganya. Padahal, pada akhirnya dia malah mencuri kehormatan istri salah seorang pamongnya.
Tatik adalah istri seorang Kaur di Desa Bayeman. Kebetulan dia cukup cantik dan muda lagi. Tak peduli dia adalah istri anak buah, dalam hatinya Pak Kades punya target, cepat atau lambat Tatik harus bisa kumiliki. Diam-diam dia melakukan lobi lobi politik, sehingga akhirnya Tatik pun bertekuk lutut dan berbuka paha. Bila situasinya mantap terkendali, keduanya suka jalan bareng keluar rumah, untuk menuntaskan birahinya.
Warga sudah lama kepengin menggerebeknya, tapi gagal melulu. Maka ketika beberapa hari lalu terlihat Pak Kades membawa Tatik pergi malam-malam, warga pun menyanggongnya. Benar juga. Pukul 01.00 dinihari Sarwono pulang bersama WIL-nya. Warga pun lalu mengepungnya. Tahu gelagat buruk, Pak Kades balik bakul. Tapi saking gugupnya motorpun terjungkal. Dia dan Tatik jatuh. Tak peduli selingkuhan luka-luka, Pak Kades langsung minggat menyelamatkan diri.
Hingga kini Sarwoko tak berani pulang. Warga kemudian mendatangi Camat Arjasa, agar kedudukan Pak Kades dievaluasi alias diganti. Pak Camat hanya bisa menampung usulan warga, karena mengangkat dan memberhentikan Kades adalah wewenang bupati.
Diangkat jadi Kades, malah ngangkat-angkat bini orang. (DS/Gunarso TS)
Di kampung Kepala Desa bisa juga dipanggil Pak Lurah. Konon itu mengandung makna: bisa ndulu bisa nglarah (melihat ke lapangan dan mencari solusi). Tapi dalam banyak kasus, Lurah yang terlibat korupsi maka akronim itu mengandung makna: le ngulu ngarah-arah (nilepnya secara hati-hati). Padahal meski sudah hati-hati, pada akhirnya bakal ketahuan juga dan akhirnya banyak Kades yang masuk penjara.
Bagi Kades Sarwono dari Desa Bayeman Kecamatan Arjasa, Lurah itu maknanya lain lagi. Bagi dia akronim itu bisa mengandung pengertian: tak peduli malu jika sudah bergairah. Kok bisa begitu? Ya bisa saja, lha wong Sarwono ini kelewat nekad. Mentang-mentang hobinya main perempuan, sampai-sampai Tatik, 22, istri anak buahnya sendiri ditelateni juga. Tengah malam dibawa pergi dalam rangka berpacu dalam birahi.
Sarwono ini di kampungnya memang dikenal sebagai Kades yang mata keranjang. Asal ada perempuan melek barang sedikit, ukuran celananya langsung berubah, dari M menjadi XL. Dan ketika dia sudah menjadi Kades beberapa tahun lalu, hobi terkutuknya makin maju saja. Maklumlah, wanita kampung mana tak terlena dipacari orang nomer satu di desanya?
Yang sungguh aneh, orang kelakuannya macam begitu, kenapa Sarwono saat ikut Pilkades kok bisa menang, alias diterima rakyat. Tak usah heran. Di kampung soal kekerabatan kan demikian kental. Barang siapa banyak famili, niscaya terpilihlah dia. Namanya juga famili, mereka mesti akan menjadi pemaaf. Maka meskipun kelakuannya ora nyegeri (tidak baik), terhadap keluarga orang Jawa punya filosofi: tega larane ora tega patine (baca: tak sampai hati mencelakai).
Setelah menjadi Kades, mustinya Sarwono berhenti dari praktisi penjahat kelamin. Karena dia adalah tokoh percontohan di kampungnya. Ternyata justru sebaliknya, hobi main perempuan semakin menjadi-jadi. Sebab setelah jadi tokoh nomer satu, Sarwono sangat dihormati warganya. Padahal, pada akhirnya dia malah mencuri kehormatan istri salah seorang pamongnya.
Tatik adalah istri seorang Kaur di Desa Bayeman. Kebetulan dia cukup cantik dan muda lagi. Tak peduli dia adalah istri anak buah, dalam hatinya Pak Kades punya target, cepat atau lambat Tatik harus bisa kumiliki. Diam-diam dia melakukan lobi lobi politik, sehingga akhirnya Tatik pun bertekuk lutut dan berbuka paha. Bila situasinya mantap terkendali, keduanya suka jalan bareng keluar rumah, untuk menuntaskan birahinya.
Warga sudah lama kepengin menggerebeknya, tapi gagal melulu. Maka ketika beberapa hari lalu terlihat Pak Kades membawa Tatik pergi malam-malam, warga pun menyanggongnya. Benar juga. Pukul 01.00 dinihari Sarwono pulang bersama WIL-nya. Warga pun lalu mengepungnya. Tahu gelagat buruk, Pak Kades balik bakul. Tapi saking gugupnya motorpun terjungkal. Dia dan Tatik jatuh. Tak peduli selingkuhan luka-luka, Pak Kades langsung minggat menyelamatkan diri.
Hingga kini Sarwoko tak berani pulang. Warga kemudian mendatangi Camat Arjasa, agar kedudukan Pak Kades dievaluasi alias diganti. Pak Camat hanya bisa menampung usulan warga, karena mengangkat dan memberhentikan Kades adalah wewenang bupati.
Diangkat jadi Kades, malah ngangkat-angkat bini orang. (DS/Gunarso TS)

No comments:
Post a Comment