Thursday, September 18, 2014

Cintanya Dirongrong Brondong

SALAH sendiri, mau cari enak kok menikah dengan anak-anak. Akibatnya, setelah Ny. Atikah, 42, tidak enak suaminya cari gadis muda yang lebih enak. Dan inilah yang terjadi, di kala Bahrun, 29, kelonan dengan WIL-nya, digerebek wanita yang lebih cocok jadi ibunya. “Kita cerai saja,” kata Ny. Atikah emosi di depan Pak Lurah.

Rumah tangga yang ideal, istri seyogyanya 5 tahun lebih muda dari suami.Tetapi tak semuanya bisa mendapatkan seperti itu. Banyak yang kawin dalam usia sama, banyak pula lelaki yang menikahi perempuan yang lebih cocok jadi anaknya.

Paling malang bin celaka, bila wanita menikah dengan lelaki yang jauuuuuh lebih muda darinya. Awalnya sih enak, tapi lama-lama dicampakkan dengan alasan: buat apa ngurusin benda purbakala?


Agaknya, Ny. Atikah yang tinggal di Klandasan, Balikpapan (Kalimantan Timur) ini kurang beruntung dalam rumahtangganya. Sekitar 5 tahun lalu rumahtangganya bubar, karena suami mengajak pecah kongsi dan menempuh jalan hidupnya masing-masing. Untung saja dia PNS di Pemkot Balikpapan, sehingga meski tanpa suami dia masih bisa menghidupi diri sendiri.

Sebagai wanita normal, Ny. Atikah juga masih punya keinginan untuk menikah lagi. Dalam usia 37 tahun kala itu, dia masih sangat merindukan sentuhan dan rabaan seorang suami. Sayangnya, dari sekian lelaki yang mencoba mendekati dirinya, tak satupun yang berkenan. Soalnya, dia selalu hanya akan dijadikan bini kedua. Kalaupun dijadikan wanita first lady, usianya jauh di atasnya. Bayangkan, dia usia kepala empat saja belum, calon suami sudah kepala tujuh. Itu kan tinggal nunggu matinya doang!

Belakangan muncul calon alternatif yang masih sangat disukai pasar: muda, sederhana, merakyat, macam Jokowi Cagub DKI. Namanya Bahrun, sesuai dalam KTP umurnya kala itu baru 24 tahun. Terpaut terlalu jauuuuh memang. Namun dalam kacamata Atikah, meski anak muda itu miskin, tongkrongan tidak menjanjikan, tapi “tangkringan” kayaknya  oke punya. Kurang-kurang sedikit tak apa, toh nanti ada penataran kilat.

Jadilah Bahrun menikah dengan Atikah yang lebih layak jadi emaknya. Biar pengangguran, jadi suami wanita PNS benar-benar terjamin dia. Rumah tinggal menempati. Makan tidur ada yang melayani. Kalau boleh disebut pekerjaan, tugas Bahrun hanyalah antar jemput istri ke kantor. Pokoknya seperti pantun lah: dagang peyek di dalam kotak, siang ngojek  malam nyemplak!

Setahun dua tahun jadi penganggur bermartabat, asyik-asyik saja. Tapi ketika dalam usia menjelang kepala tiga tak juga punya momongan, Bahrun mulai sadar akan posisinya. Ternyata, dirinya hanya dijadikan pejantan doang. Padahal target kehidupan jauh lebih dari itu. Untuk mengubah nasib, diam-diam dia pacaran dengan wanita muda, yang nantinya bisa dijadikan pelanjut generasi penerus. “Resikonya paling cerai, toh sudah alot ini….,” begitu tekad Bahrun.

Karena mengaku bujangan, Bahrun dapat juga pacar yang masih muda. Di tempat kos-kosan Ririn, 25, di Jl. Martadinata   Mekar Sari, Balikpapan Tengah, keduanya sering kencan dan kelonan. Di tengah kemesraan itu, lama-lama Atikah mencium gelagat buruk tersebut. Kontan kos-kosan mesum itu digerebeknya. Bahrun mengakui segala kesalahannya, dan siap dengan resikonya. Maka di depan Pak Lurah Klandasan, Ny. Atikah dengan gemas menyatakan mau cerai saja daripada dirongrong lelaki brondong.  “Tiap hari saya kasih duit, ternyata buat pacaran dengan wanita lain,” kata wanita itu kesal.

Cari brondong lagi, jagung atau yang ketan, Mbak? (JPNN/Gunarso TS)

No comments:

Post a Comment