RASA soto ayamnya sih biasa saja, tapi rasa penjualnya, oh…..amboi! Maka oknum PNS Prayoga, 51, ini, jadi ketagihan jajan di warung soto depan kantornya. Dari jajan di warung, akhirnya Yayuk, 33, si pedagang soto gantian “disantap” Prayoga di sebuah rumah kos-kosan. Akhirnya, oh oh ketahuan……..
Bisnis warung makan akan ramai jika menu yang disajikan lezat dan penuh cita rasa. Tapi kadang pula, meski produk makananannya biasa saja, gara-gara penjualnya cantik, banyak pula pengunjung…..lelakinya.
Wah, kalau ini sih sudah sangat subyektif. Pengunjung hadir sesungguhnya bukan untuk memanjakan perut, tapi justru yang ada di bawah perut. Sekarang makan nasi dengan paha goreng saja dulu, lain kali siapa tahu bisa makan “paha” si pemilik warung!
Prayoga, pegawai Kecamatan Taman di kota Madiun, rupanya termasuk lelaki pengagum pemilik warung. Setiap tiba waktu makan siang, dia selalu masuk ke warung soto Mbak Yayuk yang berada di depan kantor kecamatan. Kenapa dia menjadi demikian fanatik dengan soto warung depan kantornya? Soal rasa menunya sih biasa saja. Tapi pemiliknya, wih……… Cantik, bodi nggitar spanyol, dan ramah lagi. Belum juga makan, Prayoga bisa kenyang mendadak karena senyum dan lirikan maut Mbak Yayuk.
Paling aneh, jika makan soto ayam di warung Mbak Yayuk, Prayoga selalu memilih daging bagian pupu (paha) ayam. Katanya, daging bagian tersebut lebih gurih, beda dengan bagian dada mentok (dada). Padahal, jika ditawari “dada mentok”-nya Mbak Yayuk sendiri, Prayoga takkan pernah menolak. Karena sesungguhnya, dia rajin makan di situ juga karena dalam rangka lobi-lobi asmara atau aproach bahasa kulonan-nya.
Ternyata tidak sia-sia Prayoga sering makan di warung Mbak Yayuk. Karena ternyata pemilik warung juga menangkap aspirasi urusan bawah pelanggannya yang satu ini. Itu artinya, gayung sudah bersambut. Maka biarpun masing-masing sudah punya pasangan sendiri, anggap saja tak masalah. Lalu, jika dua kubu sudah berkoalisi, apa lagi targetnya jika tidak dilanjutkan dengan eksekusi?
Itulah kemudian yang terjadi. Selesai tutup warung, Mbak Yayuk justru siap buka-bukakan dengan Prayoga di kamar hotel. Bila di warung menunya soto ayam melulu, di sini bisa ditambah minum tsutsu bubuk. Bayarannya juga beda. Bila di warung paling sekali makan Rp 5.000,- di sini Prayoga bisa “nyangoni” WIL-nya Rp 50.000,- atau Rp 100.000,-
Demikianlah, Prayoga semakin sering jajan “soto”-nya Mbak Yayuk yang selalu dibawa ke mana-mana. Lama-lama suaminya di rumah jadi tahu, karena banyak informasi mengatakan bahwa istrinya sering diajak pergi oknum PNS dari Kecamatan Taman ini. Pantas saja selalu bawa pulang uang lebih banyak, ternyaa karena jualan “soto”-nya yang lain, yang mustinya hak mutlak suami sendiri.
Makin santer kabar itu, akhirnya Gito, 40, suami Yayuk mencoba membuntuti ulah istrinya. Ternyata benar, beberapa waktu lalu keduanya kedapatan ngamar di sebuah rumah kos. Walhasil Prayoga – Yayuk dilaporkan ke polisi. Kini keduanya sedang diadili di PN Madiun. Keduanya dikenakan pasal 284 ayat 1 ke-1 huruf a dan b KUHP. Ancaman untuk persetubuhan dengan bukan pasangannya tersebut hukuman penjara 9 bulan.
Wah, masuk penjara gara-gara jajan “soto” dada mentok. (RM)
Bisnis warung makan akan ramai jika menu yang disajikan lezat dan penuh cita rasa. Tapi kadang pula, meski produk makananannya biasa saja, gara-gara penjualnya cantik, banyak pula pengunjung…..lelakinya.
Wah, kalau ini sih sudah sangat subyektif. Pengunjung hadir sesungguhnya bukan untuk memanjakan perut, tapi justru yang ada di bawah perut. Sekarang makan nasi dengan paha goreng saja dulu, lain kali siapa tahu bisa makan “paha” si pemilik warung!
Prayoga, pegawai Kecamatan Taman di kota Madiun, rupanya termasuk lelaki pengagum pemilik warung. Setiap tiba waktu makan siang, dia selalu masuk ke warung soto Mbak Yayuk yang berada di depan kantor kecamatan. Kenapa dia menjadi demikian fanatik dengan soto warung depan kantornya? Soal rasa menunya sih biasa saja. Tapi pemiliknya, wih……… Cantik, bodi nggitar spanyol, dan ramah lagi. Belum juga makan, Prayoga bisa kenyang mendadak karena senyum dan lirikan maut Mbak Yayuk.
Paling aneh, jika makan soto ayam di warung Mbak Yayuk, Prayoga selalu memilih daging bagian pupu (paha) ayam. Katanya, daging bagian tersebut lebih gurih, beda dengan bagian dada mentok (dada). Padahal, jika ditawari “dada mentok”-nya Mbak Yayuk sendiri, Prayoga takkan pernah menolak. Karena sesungguhnya, dia rajin makan di situ juga karena dalam rangka lobi-lobi asmara atau aproach bahasa kulonan-nya.
Ternyata tidak sia-sia Prayoga sering makan di warung Mbak Yayuk. Karena ternyata pemilik warung juga menangkap aspirasi urusan bawah pelanggannya yang satu ini. Itu artinya, gayung sudah bersambut. Maka biarpun masing-masing sudah punya pasangan sendiri, anggap saja tak masalah. Lalu, jika dua kubu sudah berkoalisi, apa lagi targetnya jika tidak dilanjutkan dengan eksekusi?
Itulah kemudian yang terjadi. Selesai tutup warung, Mbak Yayuk justru siap buka-bukakan dengan Prayoga di kamar hotel. Bila di warung menunya soto ayam melulu, di sini bisa ditambah minum tsutsu bubuk. Bayarannya juga beda. Bila di warung paling sekali makan Rp 5.000,- di sini Prayoga bisa “nyangoni” WIL-nya Rp 50.000,- atau Rp 100.000,-
Demikianlah, Prayoga semakin sering jajan “soto”-nya Mbak Yayuk yang selalu dibawa ke mana-mana. Lama-lama suaminya di rumah jadi tahu, karena banyak informasi mengatakan bahwa istrinya sering diajak pergi oknum PNS dari Kecamatan Taman ini. Pantas saja selalu bawa pulang uang lebih banyak, ternyaa karena jualan “soto”-nya yang lain, yang mustinya hak mutlak suami sendiri.
Makin santer kabar itu, akhirnya Gito, 40, suami Yayuk mencoba membuntuti ulah istrinya. Ternyata benar, beberapa waktu lalu keduanya kedapatan ngamar di sebuah rumah kos. Walhasil Prayoga – Yayuk dilaporkan ke polisi. Kini keduanya sedang diadili di PN Madiun. Keduanya dikenakan pasal 284 ayat 1 ke-1 huruf a dan b KUHP. Ancaman untuk persetubuhan dengan bukan pasangannya tersebut hukuman penjara 9 bulan.
Wah, masuk penjara gara-gara jajan “soto” dada mentok. (RM)

No comments:
Post a Comment