Monday, October 6, 2014

Staf KPUD `Coblos` Bini Orang

SEBAGAI staf KPUD, Murdadi, 29, ikut bertanggungjawab atas sukesesnya pencoblosan dalam pemilukada di daerahnya. Tapi di kesempatan lain, ternyata dia juga sibuk sendiri “mencoblos” bini orang. Wah, demikian rusaknya oknum KPUD ini, Bupati Kudus sampai terjun langsung mendamaikan warganya yang bertikai urusan selangkangan.

Pekerjaan KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah) cukup sibuk juga. Selain mengatur penyelenggaraan pemilukada di wilayah kerjanya, juga saat  berlangsung pemilu legislatif dan pemilu presiden. Dalam kurun kerja selama 5 tahun, 3 kali pesta demokrasi itu menjadi tanggungjawabnya. Namun di Kudus (Jawa Tengah), sibuk seperti apa petugas KPUD, stafnya yang bernama Murdadi masih sempat-sempatnya ngurus “pencoblosan” non bilik TPS bersama Ny. Sri Kardini, 40, yang masih jadi bini orang.

Ayah Tiri Merangkap Dukun Cabul

NAMANYA dukun kalau tidak cabul kok kurang afdol, ya? Maka dukun Dariyun, 40, setelah menikahi janda Parmini, 38, merasa perlu mencabuli Titik, 20, anak tirinya hingga hamil. Paling unik, saat ditangkap polisi bisa-bisanya dia bilang bahwa tak sadar melakukan itu, karena semua berlangsung dalam sebuah ritual.

Dalam Bahasa Indonesia terdapat istilah “kata majemuk”, yakni dua rangkaian kata yang mengandung satu arti. Misalnya: hina dina, fakir miskin, basah kuyup, kering kerontang, dan seterusnya. Karena bahasa itu selalu dinamis mengikuti perkembangan, sehingga di era gombalisasi ini muncul “kata majemuk” baru misalnya:  mata keranjang, lemah syahwat, seksi menggiurkan dan……dukun cabul. Kenapa muncul istilah “dukun cabul”, karena setiap praktek perdukunan selalu disertai dengan ritual mencabuli pasien.

Nikmatnya Sedikit, Dosanya Selangit

KURANG apa kebaikan Husni, 50, sebagai paman? Ponakan yang nganggur di kampung dipanggilnya untuk ikut kerja bersamanya. Tapi begitu lihat istri paman cukup cantik, malah Jumadi, 38, tega menggauli. Ini kan sama saja dari kampung masuk sarung. Paling kurang ajar, ponakan tersebut tega pula membunuh sang paman demi mendapatkan istrinya.

Pepatah lama mengatakan, air susu dibalas air tuba. Maksudnya adalah, kebaikan justru dibalas dengan kejahatan. Agaknya Jumadi belum pernah menerima pencerahan semacam ini, sehingga dia tak bisa menghargai kebaikan pihak lain, termasuk oleh paman sendiri. Ketika nafsu telah menguasai jiwa, apa yang menjadi niatan hati harus terlaksana. Tak peduli bakal merugikan pihak lain, apa lagi terhadap orang yang telah menolong dirinya. Benar-benar Jumadi seperti dongeng banteng dan buaya.